18 OPD Hangus, Artefak Museum Hilang: Mas Dhito Serukan Persatuan Pasca Kerusuhan


KEDIRI – Suasana Kabupaten Kediri mendadak mencekam pada Sabtu malam (30/8) hingga Minggu dini hari (31/8). Aksi anarkis yang terjadi di pusat pemerintahan bukan hanya menyisakan kepulan asap dan bangunan rata dengan tanah, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat.

Sedikitnya 18 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terdampak. Gedung Bupati dan Wakil Bupati Kediri, kantor DPRD, Samsat Katang, Inspektorat, Bappeda, hingga sejumlah bagian penting seperti hukum, perekonomian, tata pemerintahan, serta BKD, luluh lantak dilahap api. Arsip kepegawaian, data bantuan sosial, hingga dokumen aset daerah banyak yang hilang terbakar.

Tak berhenti di sana, Museum Bhagawa Tabari yang menjadi penjaga jejak sejarah dan budaya Kediri pun tak luput dari sasaran. Sejumlah koleksi artefak dilaporkan hilang, mulai dari fragmen kepala Ganesha, kain batik kuno, miniatur lumbung, hingga arca Bodhisattwa.

Mas Dhito: “Yang Hancur Bukan Hanya Gedung, Tapi Juga Hati Kami”

Dalam konferensi pers di halaman kantor Pemkab yang kini hanya tersisa puing-puing, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, atau yang akrab disapa Mas Dhito, tak bisa menyembunyikan keprihatinannya.

“Yang hancur bukan hanya gedung, tapi juga hati kami semua. Api boleh padam hari ini, tapi luka sosial akan lama sembuh bila kita tidak belajar,” ujar Mas Dhito, Minggu sore (31/8).

Mas Dhito menekankan, musibah ini tidak boleh menjadi alasan berhentinya pelayanan publik. Ia memastikan mulai Senin (1/9), seluruh aktivitas pemerintahan tetap berjalan meski dengan segala keterbatasan.

Terkait hilangnya artefak museum, Mas Dhito mengimbau masyarakat untuk mengembalikan benda peninggalan sejarah yang sempat diambil saat kerusuhan.

“Kami mohon kepada siapa pun yang mengambil benda-benda peninggalan sejarah ini untuk mengembalikannya. Taruh saja di Pemkab, tidak perlu takut atau malu. Ini warisan yang seharusnya kita jaga, bukan dirusak,” tegasnya.

123 Orang Diamankan, Mayoritas Pelajar

Dari sisi keamanan, Kapolres Kediri AKBP Bramastyo Priaji mengungkapkan, pihak kepolisian telah mengamankan 123 orang yang diduga terlibat dalam kerusuhan. Mirisnya, sebagian besar dari mereka masih berstatus pelajar.

“Ada siswa SMP, SMA, SMK, bahkan santri. Ada juga satu perempuan yang ikut aksi. Ini jadi perhatian kita semua, terutama para orang tua agar lebih mengawasi putra-putrinya,” ungkap Kapolres.

Ia menegaskan, proses pemeriksaan akan dilakukan intensif untuk mengetahui peran masing-masing. Jika bukti cukup, mereka akan diproses hukum.

“Kami juga akan memanggil orang tua dan pihak sekolah. Perlu diingat, catatan ini akan terekam di kepolisian dan berdampak di masa depan,” tambahnya.

TNI Siap Kawal Pemulihan

Dukungan pemulihan keamanan juga datang dari Dandim 0809 Kediri, Letkol Inf. Ragil Jaka Utama. Ia menegaskan bahwa TNI bersama Polri siap menjaga kondusivitas wilayah.

“Kami pastikan bersama Polri, situasi saat ini aman terkendali. Roda pemerintahan dan perekonomian harus tetap berjalan. Kami siap 100 persen membantu,” tegas Ragil.

Sebagai langkah lanjutan, Pemkab Kediri akan menggelar rapat koordinasi bersama tokoh masyarakat, TNI, dan Polri. Agenda itu akan dilanjutkan doa bersama, meski lokasi kegiatan masih dipertimbangkan karena listrik dan air di kompleks Pemkab belum berfungsi normal.

Seruan Menjaga Persatuan

Di penghujung pernyataannya, Mas Dhito mengajak seluruh masyarakat Kediri untuk tidak mudah terprovokasi dan tetap mengedepankan persatuan.

“Demokrasi adalah ruang tumbuhnya suara rakyat, bukan tempat runtuhnya harapan. Perbedaan pandangan adalah fitrah, tapi persatuan dan kedewasaan berdemokrasi adalah jalan menuju masa depan,” pungkasnya.

Kerusuhan ini menjadi pukulan telak bagi wajah Kediri. Namun, pesan Mas Dhito memberi harapan: meski puing dan abu masih menyelimuti pusat pemerintahan, semangat untuk bangkit dan bersatu tetap menyala di hati masyarakat.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال